Young Dominique—aku
pulang dengan hati yang amat kesal. Saat pelajaran tadi yang kudengar hanya
keheningan, aku berlari ke kamar mandi dan mengurung diri selama pelajaran
pertama usai. Dan, saat aku kembali kedalam kelas, tak ada satupun
teman-temanku yang merasa bersalah.
Hari ini, aku
berhasil kabur. Lagi. Dari Holly dan kelompoknya. Greg dan Eshtell kutinggalkan
begitu saja. Masih dalam hati yang amat kesal, aku menendang kerikil yang ada
didepan kakiku, berkali-kali sampai akhirnya aku sampai di rumah Aunt Kathleen.
Aku berlari
kekamarku dan langsung mengurung diri dikamar, berkali-kali aunt Kathleen
mengetuk pintu kamarku, dan akhirnya, Dia menyerah. Memang, tindakanku ini
seperti anak kecil, Well, Aku memang
masih kecil bukan? Umurku baru 9 tahun.
“..Kringgggg,
Kringgggg, Kringggg..” suara telepon dikamarku berbunyi. Kuambil gagang telepon
itu.
“Halo?”
Keheningan.
Hening. Hening. Hening. Tak ada suara apapun keluar dari mulut si penelepon
kecuali suara nafasnya.
“Okay. Aku tak
punya banyak waktu. Silahkan telepon aku kapan-kapan lagi. Bye..” tepat saat
aku akan menutup telepon itu, ada suara keluar dari dalam telepon. “Domi?”
bisiknya. Well, Lelaki ternyata.
“Ya. Ini siapa?”
“Ingat aku?
Raf..–—Bip.” Shitttt..! Lelaki ini
sepertinya hanya ingin bermain-main di telepon saja denganku.
-oOo-
Sial apa tidak?
Aku meninggalkan Greg dirumah dan pergi kesekolah sendirian. Kali ini, tak ada
Eshtell, yang membantuku untuk bersembunyi dari Holly dan Kelompoknya. Okay.
Aku pasrah jika holly ingin balas dendam padaku. Aku berjalan Tenang layaknya
murid-murid lain yang ingin masuk kesekoah, Saat aku pura-pura menganggap
mereka tak ada, Ghalette—Anak buah Holly—melabrakku.
“Hai, Indigo.”
Sergah Ghalette.
“Please, sudah kubilang aku bukan
Indigo!” Bentakku. Otomatis Holly maju dan Menyuruh Ghalette Untuk mundur.
“Hey Indigo, Ini
saatnya aku membalas dendam padamu.” Suaranya, terdengar lembut. Dan kau tau
apa artinya Lembut untuk Holly? Mematikan. “Ayo. Adele, Ghalette, Tarik dia!
Dan, kau, Jessie, Cyntia, Ambil barang yang kita perlukan!”
Dominique—“Hei.” Sapaku saat sampai dimejanya. Dia menyuruhku
duduk dibangkunya dan aku menerimanya dengan lapang dada. Didepanku kini, anak
berambut cokelat kehitaman yang sekelas denganku kemarin, duduk dengan anak
berambut cokelat gelap yang sepertinya lebih pendek beberapa sentimeter
darinya. Disamping kananku Genevie duduk dengan lelaki berambut cokelat terang.
Dua anak perempuan yang melihatku tak karuan itu duduk berdua. Veruca, dengan
seseorang yang ‘sepertinya’ kembarannya duduk dibelakangku. Oh Tuhan, mengapa
harus hari ini aku terjebak dalam kelompok mereka..
Mr.Daybrick
mengajak kami untuk pergi ke Taman Flora dan Fauna minggu depan. Untuk
mengamati tumbuhan langka yang ada disana. Sedangkan untuk Faunanya, Well,
Mungkin seperti kebun binatang yang ada di Missouri. Mungkin.
Bel akhir
pelajaran berbunyi. Aku merapihkan buku-bukuku dan bergegas menuju kelas
berikutnya.
“apa kelasmu
yang selanjutnya?” Tanya Daniella seraya merapihkan buku-bukunya juga.
“Hemm, Pemerintahan.”
Entah kenapa aku justru bingung dalam Middle
school sudah diajarkan Pemerintahan. Biasanya, dikelas sepuluh atau sebelas
tingkat High School lah pelajaran itu
baru dipelajari.
“Hey, aku,
Edelaine dan Veruca juga. Baiklah, ayo.”
Aku, Daniella,
Veruca, dan Mungkin disebelah Veruca adalah Edelaine, pergi kekelas
selanjutnya. Dikelas itupun, Aku duduk semeja dengan Daniella. Dibelakang kami,
Veruca dan Edelaine. Guru kami belum datang, jadi ada kesempatan untuk
Daniella, Veruca, dan Edelaine bercakap-cakap. Mereka sepertinya asyik bertiga.
Dan aku tak tahu apa yang harus aku cakapkan pada mereka. Jadi aku hanya
menghadap kedepan—Karena Daniella menghadap kebelakang—membaca buku paketku.
“Hey, Domi.
Mari, gabung dengan kami.” Ajak Daniella. Terpaksa aku harus berbalik
kebelakang. Veruca dan Edelaine tersenyum kepadaku dan aku membalas senyum
mereka.
Yang kulakukan
hanya diam. Pecundang. Habisnya aku tak tahu harus berbicara apa dengan mereka.
Dan, kulihat, Edelaine yang sedang bertumpu pada kedua tangannya, hanya menjadi
obat nyamuknya Veruca dan Daniella seperti aku, Hell, kukira dia juga ikut
asyik dengan mereka berdua. Jadi, selagi masih ada kesempatan, inilah saat yang
tepat untuk aku berinteraksi.
“Hei, kau
Edelaine?” sapaku memulai percakapan kami berdua sembari mengulurkan tanganku
kearahnya.
Dia tersenyum
kepadaku, “Ya.” Jawabnya meraih tanganku. Oh, tidak. Tangan lebih dingin
daripada Veruca.
“Hey, Spesies
apa kau? Tanganmu lebih dingin dari Veruca.” Bisikku ditelinganya.
“Aku Werewolf
Hybrid, Domi. Tanganku dingin karena bakatku bisa membekukan apapun.” Tawa
Edelaine. Aku ingin melontarkan Leluconku, Tapi tepat saat itu juga, Mrs.Mace
datang dan memulai pelajaran.
“Kau harus semeja dengan kami mulai sekarang!”
Geram Veruca. Saat kami berjalan ke Kafetaria.
“Kenapa?”
tanyaku sedikit bingung. “Bagaimana dengan Sasha?”
“karena memang
anak-anak The Lion Hawk harus bersama.” Jawab Edelaine. “Kau bisa mengajaknya
bersama kami.”
“Baiklah.” Tapi,
daritadi aku sama sekali tak melihat Sasha dan Kameranya. “Hei, Veruca. Kau
potografer sekolah inikan? Aku sebenarnya mendaftar di kelas Potografer juga,
tadi pagi.”
“Benarkah?!”
teriak Veruca tak percaya. “Tak ada murid baru yang ingin menjadi Potografer
belakang ini. Dan, itu berarti, potografer di La Push Reservation bertambah
menjadi 3 orang! Oh, Well, apakah kau punya kameranya?”
“Ya. Hadiah
Natalku. Sony seri Alpha 200. Dan Kamera kesayanganku dari Aunt Kathleen, Leica
M8.”
“Punyaku Casio
EX-FH20.”
“Oh, Please,
jangan membahas kamera. Aku tak mengerti.” Geram Edelaine.
Kami sampai dimeja
yang biasa diduduki anak-anak The Lion Hawk. Daniella sudah menceritakan
semuanya tentang the lion hawk. Semuanya.
“Ini, kita
tambah satu kursi untukmu, Domi.” Kata Daniella sembari mengambil kursi kosong.
Aku duduk di kursi itu dan mencari Sasha. Dimana dia?
Baru kami yang
sampai dimeja ini. Yang lain sepertinya masih dalam kelas. Sampai akhirnya
kulihat Mereka, dengan alletha dan Allena juga, menghampiri Meja ini.
“Hai Domi.” Sapa
Alletha. Sembari duduk dibangkunya. Allena tersenyum kepadaku. Yang lain
menatapku tak karuan. Apalagi Genevie yang masih menatapku Tajam.
“Hei Dane,
ternyata ini kembaranmu.” Ucap lelaki berambut cokelat terang yang tadi duduk
dengan Genevie. “Castiel Call. Ketua The Lion Hawk.”
“Halo, Sean
Clearwater. Kembaran Edelaine.” Sambut anak lelaki yang duduk dengan anak
lelaki berambut Cokelat yang sekelas denganku kemarin. Well, sean.
“Hei, Dominique.
Verona Littlesea. Kembaran Veruca. Maaf, aku Netra.” Sambut seseorang dari
sebelah Veruca.
“Roxanne Call.
Adik Castiel dan Genevie. Seangkatan dengan Alletha dan Allena. Senang bertemu
denganmu, sister.” Roxanne memberiku senyuman manisnya. Semanis bunga
kesukaanku, Primrose.
“Aku Szevarine
Black. Anggap saja aku kakakmu. Well,
Black dan Lahote sudah seperti adik kakak, ‘kan?” sapa Szevarine. Aku
mengangguk sembari tersenyum kepadanya.
“Genevie Call.”
Sambut Genevie seraya memerhatikan kuku-kuku jari tangannya. Dia sama sekali tak
melirikku. Apalagi mengulurkan tangannya kearahku.
“Rafael..” seru
seseorang disebelahku. Dia anak yang sekelas denganku kemarin. “…Black.”
Wait. Rafael
Black? Apakah dia yang meneleponku 5 tahun yang lalu itu?
“Hallo..”
Sambutku.
“Aaaaaaaaaaaaakkkkkkkkhhhhhhhhhhh!!!!!!”
Teriak seseorang
mensunyikan seanterio Kafetaria dari Kamar mandi laki-laki. Kami semua,
anak-anak The Lion Hawk, buru-buru menghampiri lelaki yang berteriak itu.
“ada apa,
Justin?” Tanya Rafael.
“Wanita,
bersimbah darah. Tergeletak di kamar mandi, Raf.” Ucapnya ketakutan. Wanita?
Bersimbah darah? Aku buru-buru masuk ke kamar mandi itu. Itu.. Itu.. Tidak
Mungkin! Dia.. Dia sasha!
Oh tidak. Tidak.
Tidak. Sasha.. Sasha.. Sasha! Oh God! Tak mungkin!
“Sasha..” Isakku
bertunduk mendekati Mayat Sasha. “Sasha..”
“Semuanya,
Tolong keluar darisini.” Teriak Castiel dari ambang pintu. “Kami akan
menyelesaikannya.”
“Kenapa bisa
begini dengannya?” Tanya Rafael yang ikut bertunduk mendekati mayat Sasha diseberangku.
“Hei, Lihat.
Dileher kanannya. Itu bekas gigitan.” Seru Veruca. Serontak semua anak-anak
melihat leher Sasha. Dan, benar! Itu bekas gigitan. Tapi mana mungkin ada
Vampir Masuk kedalam sekolah ini?
“Mungkin saja,
Dom.” Jawab Genevie. Hell, kenapa dia bisa membaca pikiranku?! “Aku punya bakat
sebagai Imitator, jadi aku bisa membaca pikiranmu. Aku juga yang membuat anak
buah Messalla mejerit kesakitan.”
“kau memakai
Bakat Aunt Jane, ‘kan?” Tanya Castiel. Genevie hanya membalas pertanyaan itu
dengan mengangguk.
“Errgggg. Baiklah.
Lalu, siapa Vampir itu?” tanyaku kembali.
“Aku tak tau.
Aku tak menemukan satu pikiranpun tentang pembunuhan ini. Sepertinya Sasha
digigit kemarin. Wait, apakah Sasha bilang padamu dia akan berlama disini
kemarin?” Tanya Genevie kepadaku.
“Ya. Dia bilang
dia mau mencuci hasil fotonya.”
“Mungkin saja
Vampir itu Nomaden.” Seru Sean.
“Tidak, sekolah
kita tertutup. Bahkan kalau Vampir masuk ke sekolah kita, satu-satunya jalan
untuk ke ruang pencucian adalah lewat ruang rapat antar ketua murid. Dan aku
pasti melihatnya.” Castiel ikut memberi pendapat.
“Wait, ruangan
apa yang paling dekat dengan ruang pencucian?” tanyaku.
“Tata usaha..”
Jawab mereka berbarengan..
(To Be continued..)
*Syalalala
~(`3`~) ~(`3`)~ (~`3`)~ XD
*Nep, jahat amat
sama saye T_T hiksss L((( XD
*No Comment Egen
u.u XD
<3 The Lion
Hawk : A Wimpy Family, Bab 5 <3