Wednesday, March 6, 2013

The Constellation Prolog-Chapter 1


Tittle    : The Constellation (Prolog and Chapter 1)
Author    : Chen, Loveyta
PS    : NO STEAL any scenes, quotes, or even the main idea. She's checking and She can hacked your any account if you do. thanks xx (lol, yeah. she's little bit creepy)


Prolog


Hai, Andromeda. Ini aku.
Aku tak pernah mengerti mengapa angin selalu berbisik pelan di saat aku menemani para pekerja taman di belakang istana. Mereka seolah berusaha membicarakan perihal penting yang hanya boleh kudengar. Tapi setelah lama aku menunggu, angin hanya menyapa dengan desisan pelan yang menyapu beberapa helai rambutku. Pernahkah kau ikut berpikir bahwa apa yang kulakukan saat ini terlihat sia-sia? Aku tak menyangka kalau ternyata menjadi salah satu Bintang memang melelahkan. Tugas yang sangat berat. Kau selalu mengatakannya padaku menjelang aku tidur kalau menjadi salah satu Bintang harus mengubah pola pikir. Aku rela meninggalkan dunia manusia ketika takdir membawa dan mengurungku di dunia khayal ini. Tapi aku masih bertanya-tanya, mengapa aku yang terpilih?
Andromeda, Tristan masih mengunjungiku, selalu. Bahkan ia tak pernah lelah mendatangi istana dan menghibur Raja Leander dengan nada-nada yang dibawanya dari dunia musik. Aku tak akan membiarkan pikiran tololku bekerja meracuni setiap saraf otakku saat bertemu dengannya. Dan aku tidak akan membiarkan Laura mengambil alih saat mereka bertemu. Aku sempat berpikir, hanya menghabiskan beberapa detik waktuku, untuk memikirkan keadaannya di sana bersama Melody. Kuakui aku cemburu. Sudah kutebak Cancer tahu perihal kecemburuanku pada Tristan dan Melody. Tapi aku memang tidak bisa menyembunyikan perasaanku. Apalagi saat Virgo mengatakan bahwa masih ada sedikit cinta yang kusimpan untuk Tristan. Tapi yang menjadi pertanyaanku, apa Tristan pernah mencintaiku sebagai aku atau sebagai Laura? Virgo tidak mau mengatakannya karena kau tahu betapa ia mematuhi hukum rasi bintang.
Andromeda, gulungan kertas ini seperti biasa kugantungkan di dahan pohon samping istanaku. Kau bisa datang dan mengambilnya.

Bintang ke Tujuh,
Rabella


Chapter 1
Tentang Aku

Hai. Namaku Rabella Heather Hedervary. Aku akan menceritakan kisah panjang yang akan mengantarkanmu memasuki salah satu dunia yang tengah kujaga. Aku adalah penjaga dunia khayal. Ya, seperti cerita yang kau baca saat ini, kau tengah mengunjungi duniaku. Awalnya aku manusia sepertimu. Aku hidup layaknya orang biasa. Dulu ketika aku masih memasuki dimensi manusia, orang-orang menganggapku aneh karena aku memiliki aktifitas aneh. Setiap saat aku terbang menuju dunia lain, dunia khayal kalau kau menyebutnya. Orang-orang tak akan mau berkomunikasi denganku karena aku terjebak dalam lamunan yang kuciptakan sendiri. Sampai suatu saat aku benar-benar tidak bisa keluar dari dunia khayal. Aku. Aku yakin saat itu aku hanya berkhayal dan akan kembali seperti sedia kalan. Namun percuma saja karena pintu dimensi manusia sudah tertutup rapat.
Kau tak akan tahu bagaimana rasanya terjebak dalam dunia khayal. Tapi itu memang terjadi padaku. Aku meninggalkan dimensi manusia. Tapi aku masih bisa melihat potret dunia manusia sesuka hatiku dari sini. Aku memang hidup dalam dunia khayal. Tapi karena jiwaku sudah terjebak di dunia ini, aku tidak ada lagi di dimensi manusia. Semua terlihat seolah-olah aku tidak pernah ada, seakan-akan aku tidak pernah dilahirkan. Bahkan apabila Raja Leander menginjinkanku pergi ke dunia manusia, mereka tak akan mengenalku karena aku bukan bagian dari mereka. Semua terlihat seakan-akan aku tidak pernah dilahirkan.
Raja Leander sengaja membawaku ke dunia khayal atas perintah Ratu Leto untuk menyelamatkanku dari rencana pembunuhan saudari tiriku. Malam sebelum ia membawaku, saudari tiriku berniat akan membunuhku hanya untuk merebut harta peninggalan orangtuaku. Karena sudah pernah melihat takdirku, Raja Leander membawaku pergi menuju dunia khayal dan menjelaskan padaku bahwa aku adalah salah satu Bintang dari ketujuh Bintang yang menjaga tujuh dunia. Kebetulan aku bintang ke tujuh. Betapa bahagianya rakyat dunia khayal mengetahui mereka telah menemukan penjaga dunia khayal yang telah lama dinantikan. Sebelumnya di dunia khayal memang sudah ada penjaganya. Namun ia tewas dibunuh Ratu Kismet. Alasannya aku tidak tahu, sebab Raja Leander tidak bisa menjelaskan masa lalu padaku karena ia tidak berhak. Yang berhak hanyalah Horologium, sang penjaga waktu.
Sebagai penjaga dunia khayal, aku diberi kewajiban untuk menjaga keselarasan di sini. Aku juga memiliki kewajiban untuk mengetahui setiap tamu baru yang mengunjungi dunia ini. Kau termasuk tamuku. Karena kau sudah mengunjungi duniaku melalui tulisan ini.
Perlu kauketahui sedikit saja tentang kehidupanku padamu. Andromeda, sahabatku, adalah pengembara dunia dan waktu. Ia bagian dari 88 rasi bintang. Ia datang dan pergi dari waktu dan dunia berbeda. Lebih tepatnya ia menghindari Hunter yang selalu memburunya. Andromeda tidak akan melibatkanku pada pengejaran Hunter. Tapi aku terlanjur mengenalnya dan itu tidak masalah bagiku meskipun aku ikut terlibat dalam perburuan Hunter. Hunter adalah peri yang bertugas memburu pencuri. Andromeda memiliki kebiasaan tidak baik. Ia akan mengambil benda-benda dari masa ke masa untuk menjadi koleksi pribadinya. Di duniamu, kau menyebutnya klepto.
“Bella, kau tahu tentang rahasiaku. Ini hanya kita berdua yang akan membicarakannya, kan?” Juliesse berbisik di sampingku. Saat ini kami berdua tengah menikmati suasana sore di sungai Macy, dekat dengan lokasi istana.
“Tentu saja, Jules. Kau kira aku ini tukang mengadu?”
Juliesse mendesah pelan. Diraihnya sebuah krikil yang kemudian dilempar menuju sungai. Ia masih mempertahankan ekspresi bingungnya. “Aku hanya takut kau menuliskan ceritaku di gulungan kertas yang selalu kauberikan pada Andromeda.” Juliesse menaikkan ujung bibirnya dan menatapku lekat. “Tolong, ini sangat-sangat rahasia. Jangan bocorkan pada orang lain. Terutama Mikaela.”
Aku terkekeh pelan. Juliesse tidak pernah mau cerita-ceritanya diantar ke orang lain. Ia memang begitu, karakternya unik, dan aku menyukai pribadinya. Kalau ia sudah bercerita pada seseorang, ia tidak ingin orang itu menceritakannya pada siapapun. Juliesse akan bercerita pada masing-masing orang dengan masalah berbeda. Aku salah satunya. Hanya saja aku lebih beruntung kebagian cerita tentang masalah percintaannya.
“Kau sudah mengenalku lama, Jules. Aku tidak pernah ingkar janji, kan?”
Walaupun aku tahu Juliesse percaya, ia terlalu khawatir. “Ya, aku mempercayaimu. Tapi aku hanya tidak mempercayai Grady. Apa kau yakin dia mencintaiku tulus, Bells?” Bola mata Juliesse bergerak melirikku.
“Mengapa kau tidak yakin?” Aku mencebikkan bibirku. “Well, aku melihat adanya ketulusan di matanya. Tenang saja, Juliesse. Dia benar-benar mencintaimu.”
“Virgo mengatakan sebaliknya.” Juliesse mendesah. “Saat aku memikirkan Grady, Virgo yang bertransformasi menjadi peri kecil terbang di dekatku dan menertawaiku. Dia bilang tidak ada cinta tulus yang dimiliki Grady untukku.”
Well, Virgo adalah pembawa cinta dan kesucian, bagian dari rasi bintang juuga. Tentu saja dia tahu segala hal mengenahi perasaan cinta setiap makhluk. Tidak hanya aku yang sering digoda tiap dekat dengan Tristan. Semua makhluk tidak luput darinya.
“Dengar, Juliesse…” Aku menarik napas dalam. “Terkadang cinta bisa menipumu. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Grady sebenarnya. Tapi… aku hanya akan mengingatkan suatu hal. Jangan terlalu mempercayai perasaan orang lain.” Sambil melayangkan senyuman kecut, aku menoleh memandang Juliesse. “Semakin kau mencintai seseorang, semakin sakit pula saat kau patah hati.”
Entah mengapa kalimat itu keluar dari bibirku. Padahal aku paling tidak tahu menahu soal percintaan. Itu semua hanya salah satu perasaan yang ada dalam diriku. Aku tidak pernah bisa memahami persoalaan yang satu itu. Apalagi aku pernah merasakan rasa sakit akibat perasaan itu.
“Kau masih mencintai Tristan, Bells?” Juliesse menangkap ekspresiku. Ia melirik penuh selidik.
“Tidak.” Aku buru-buru menggeleng. “Tentu saja tidak. Dia hanya bagian dari masa laluku. Lagipula aku tidak mau menjadi pengkhianat bagi Melody.”
“Melody pengkhianat, Bella. Seharusnya kau berhenti bersikap baik pada pengkhianat. Sahabat macam apa yang menusukmu dari belakang? Aku yakin kau juga menyadari bahwa Melody menggunakan nada pegikat yang membuat Tristan memalingkan pandangannya dan…”
“Cukup, Juliesse.” Aku merendahkan nadaku. “Para Bintang tidak diperbolehkan menggunakan kekuatan mereka untuk hal kejahatan. Aku yakin Melody tidak sepicik itu.”
“Kau hanya belum mengenalnya, Tuan Putri. Kurasa kau Bintang ke tujuh paling bodoh sepanjang generasi. Selama Putri Itzel menjadi Bintang ke tujuh sebelum kau, dia selalu tahu apa yang direncanakan Melody. Bahkan karena pengetahuannya tentang rahasia dunia bawah, Ratu Kismet membunuhnya.”
Aku melongo sedetik. “Tunggu. Ratu Kismet membunuh Itzel karena rahasia yang diketahuinya?”
“Oh seharusnya aku tidak mengatakannya padamu.” Juliesse berpaling cepat. Matanya membelalak ngeri. Mungkin takut mendapatkan hukuman dari Horologium. “Sepertinya aku harus melanjutkan pekerjaanku memintal benang. Dah…”
Sambil menggerutu tidak jelas—sepertinya memaki dirinya sendiri—Juliesse melenggang cepat menuju istana. Aku mengamatinya dari sini sambil sesekali memikirkan apa yang baru saja dibocorkannya padaku. Mungkin Juliesse kelepasan bicara. Bahkan ia tampak panik sudah membocorkan salah satu rahasia dunia khayal padaku. Well, meskipun aku penjaga di sini, aku tidak berhak mengetahui masa lalu karena aku pendatang baru. Kecuali kalau Horologium berbaik hati padaku mau memberitahu perihal masa lalu itu.


Kali ini aku harus bertemu dengan Tristan lagi. Ia keluar dari ruang singgasana, mungkin menghadap Raja Leander. Aku bingung setengah mati harus bersikap bagaimana. Apalagi Tristan berjalan semakin dekat. Aku sempat berdoa ia tidak melihatku. Ya aku tahu itu permohonan tolol. Tristan akan dengan jelas melihatku karena ia berjalan melewatiku. Hanya saja bisakah Laura tidak datang mengetahui kehadiran Tristan?
“Hai, Tuan Putri.” Tristan berhenti saat aku menundukkan kepalaku.
Dengan wajah bodoh, aku mengangkat kepalaku dan menoleh ke arahnya. “Hai.” Kusunggingkan senyuman lebar. Lebih tepatnya senyuman tolol.
“Aku tidak melihatmu tiap aku berkunjung kemari. Apa kau… sengaja menghindariku?”
Aku gelagapan menjawabnya. “A-aku… a-aku… aku… sibuk.”
Bodoh. Tristan tahu dan bisa mendeteksi kebohongan. Ia tidak hanya mengetahui kebohonganku, tapi akan menertawaiku. Tapi yang dilakukannya saat ini hanya tersenyum menanggapi kebohonganku. Senyuman yang tak pernah lepas, salah satu hal yang kusuka, apalagi tiap kami bersama seperti dulu.
“Aku sudah bisa menebaknya. Kau memang tidak bisa melepasnya, Tuan Putri.” Virgo terbang dan hinggap di atas pundakku. Aku menepisnya sampai membuatnya terjatuh; setidaknya ia tidak jatuh di atas lantai karena terbang ke atas dengan wajah masam.
“Kau memang pembohong yang buruk, Bella. Masih belum berubah ternyata.” Tristan masih tak menghilangkan senyuman itu; yang kuanggap sebagai senjata ampuh melumpuhkanku. “Well, kalau kau memang berusaha keras untuk menghilangkan setiap jejakku dalam kehidupanmu, kurasa aku yang akan menghindarimu…”
“Jangan!” aku menginterupsi cepat. “Maksudku, kita bisa bersahabat, kan?” Aku memamerkan deretan gigiku dan memberikan tatapan penuh harap. Jujur, aku tidak mau berjauhan darinya.
“Bukankah aku memang selalu mengatakan itu, Bella?”
Aku menghilangkan senyumku seketika. Ekspresiku berubah menjadi kesal. Kesal pada diriku sendiri karena bingung dengan situasi pelik yang selalu kuhadapi tiap aku bertemu dengan Tristan.
“Maaf,” desahku pelan. “Maaf karena aku belum bisa mengontrol perasaanku sendiri. Kau tahu, Tristan, segala hal tentangku yang tak pernah kaulupakan begitu saja. Aku masih mengingatnya. Sungguh.”
Tristan terdiam sejenak sambil memandangku. Aku tidak tahu apa yang tengah dipikirkannya. Tapi mendadak ia terlihat sangat lesu. Pada akhirnya ia menghilangkan ekspresi sebelumnya dan menggantikannya dengan senyuman.
“Kau masih ingat pesta kerajaan yang diadakan Raja Aldrich, kan?” Tristan sengaja mengalihkan pembicaraan. Dan itu cukup membuatku sedikit menarik napas lega.
“Ya. Kenapa?”
“Kau pergi? Ke duniaku?”
Aku menimbang-nimbang sesaat. Pergi ke pesta kerajaan di dunia musik? Aku tidak keberatan, namun tidak bisa membayangkan apa yang akan kulakukan di sana. Untuk melihat kedekatan antara Tristan dengan Melody saja aku tidak bisa. Apalagi melihat mereka bermesraan sepanjang pesta.
“Entahlah, aku tidak bisa memastikannya.”
“Tuan Putri pasti datang.” Virgo tersenyum berlebihan pada Tristan. Aku menyikutnya dan ia terhuyung ke samping.
“Aku sangat berharap kau datang, Bella.” Tristan mengalihkan pandangannya ke arah Virgo. “Trims sudah mengatakannya.”
“Mengatakan apa?”
Sebelum menjawab pertanyaan Virgo, Tristan melenggang pergi. Aku hanya memandangi langkahnya sambil mengembuskan napas panjang.
“Dia bilang berterima kasih padaku untuk apa?” tanya Virgo menengadah.
Aku membalas pandangannya ketus. “Untuk mengacaukan perasaanku.” Lalu kukibaskan tanganku untuk melemparnya jauh dari pundakku. Virgo terpental sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Ia berubah menjadi gadis normal biasa yang memiliki tinggi hampir sama denganku.
“Aku kan berniat mengembalikan keadaan!” Virgo berjalan mengikuti langkahku.
Aku hanya mengerucutkan bibir kesal. Meskipun aku tahu Virgo selalu membantu, tapi ia juga tak jarang membuatku kesal dengan gangguang-gangguan menyebalkannya. Walau begitu selain Andromeda dan Juliesse, Virgo termasuk kawan baikku.


Malam ini bintang di langit menunjukkan beberapa rasi. Tandanya para peri Constellation mengadakan rapat besar. Virgo dan Andromeda tidak pernah mengatakan padaku karena hal itu sangat rahasia dan kalau aku mengetahui rahasia para peri, aku bisa dijatuhi hukuman. Hukum rasi bintang sangat keras. Aku termasuk yang jarang mematuhi peraturan. Tapi paling pintar menyembunyikan peraturan yang kulanggar.
Sampai saat ini Andromeda belum datang. Mungkin karena rapat besar itu belum selesai. Aku sangat berharap ia datang dan menjelajah waktu untuk melihat bagaimana perkembangan ke depanku. Terkadang pula aku memintanya datang ke dunia manusia sekedar melihat keadaan di sana. Andromeda mengatakan bahwa dunia manusia sudah sangat rusak. Ia tidak pernah suka dengan manusia. Ia mengatakan padaku bahwa manusia hanya bisa merusak dan menyalahi aturan yang ada. Mungkin karena ia tidak pernah menjadi manusia.
“Rabella!”
Aku tersentak kaget mendengar kaca pintu balkonku diketuk kasar. Kulihat seekor burung gagak mematuk kaca pintuku. Aku mengembuskan napas pendek dan melangkah untuk membukakan pintu. Gagak hitam tersebut terbang masuk ke dalam kamarku. Lantas berhenti dan berubah wujud menjadi seorang anak perempuan seusiaku yang berambut merah panjang dan memiliki manik mata biru ocean. Andromeda.
“Aku membaca pesanmu seperti biasa.” Andromeda duduk di atas kursi dan menaikkan kedua kakinya di atas meja. “Dan aku melihat apa yang dikatakan Juliesse padamu. Aku hanya tidak mau kau berprasangka buruk pada Putri Melody. Dia tidak akan menyalahgunakan kemampuannya untuk mengikat Tristan. Juliesse dan Putri Melody memang tidak pernah akur. Kurasa Juliesse hanya menilai Putri Melody berdasarkan pandangan negatifnya. Aku hanya tidak mau kau memiliki masalah dengan salah satu Bintang Terpilih.”
Sepertinya Andromeda mendengar atau melihat percakapanku dengan Juliesse. Meski tidak dekat dengan Melody, Andromeda tidak melihat adanya aura jahat pada Melody. Aku juga yakin bahwa Melody sangat baik. Ia tidak akan menusukku dari belakang. Mengenahi Tristan, aku tidak memusingkannya. Kalau memang Tristan bukan aliansiku, itu bukan urusanku lagi.
“Aku tidak pernah berpikir Melody jahat.” Aku menghela napas pendek dan berjalan mendekati ranjang tempat tidurku. Kurebahkan tubuhku tanpa mengalihkan pandangan dari Andromeda. “Aku hanya bingung. Andai saja Virgo mau mengatakan perasaan Tristan…”
“Bukankah Virgo membocorkan perasaanmu pada Tristan tadi pagi?”
“Tristan tidak akan mendengar kalimat itu. Virgo sangat pandai menyembunyikan setiap berita meskipun dia tampak.”
“Tapi Tristan selalu mengetahui kebenaran. Jangan lupakan bagian itu.”
Aku terlonjak dari tempat tidurku saat itu juga. Mengapa tidak terpikirkan olehku? Bahkan seolah berhasil kulupakan bagian terkecil yang dimiliki Tristan. Aku melupkan bakatnya. Barangkali semakin lama kami tidak berkoneksi, semakin cepat pula kami saling melupakan. Seperti itulah hukum alam di setiap dunia. Dan aku tidak mau jika hal itu terjadi.
“Masalah pesta di dunia musik. Menurutmu?” Aku mengangkat sebelah alisku.
“Tenang saja. Aku akan menemanimu bersama Juliesse.”
Aku menyunggingkan senyuman simpul.


Aku memang menjadi satu-satunya Bintang yang belum mendapatkan kekuatan besarku seperti teman Bintangku yang lain. Misalnya saja Destiny Damion si penjaga dunia dongeng, ia sudah mendapatkan kekuatan besarnya setelah memiliki Zion Kieran sebagai pasangannya. Lalu Melody Reagan si penjaga dunia musik yang memiliki… Tristan Leonidas—sebelumnya memang Tristan bersamaku, tapi aku tak mau membahas lagi persoalan mengapa ia berpaling dariku. Kemudian Heaven Zavion si penjaga dunia langit yang memiliki Keegan Dalton. Ada lagi Miranda Desmond si penjaga dunia bawah yang bersanding dengan Nathanael Moses. Aurora Dereon si penjaga dunia mimpi yang bahkan lebih muda dari kami semua, sudah berpasangan dengan Calvein Declan. Juga Serenity Lutherwood yang memiliki Kevin Salvatore. Sementara aku belum mendapatkan kekuatan besar karena aku sudah tidak lagi terhubung dengan Tristan.
Aku tidak pernah menyalahkan Melody. Ia bukan tukang pengkhianat. Sebelum bersamaku, Tristan dan Melody bersahabat. Barangkali adanya ikatan di antara mereka dikarenakan persahabatan yang telah lama terjalin.
Ratu Leto yang menguasai galaksi mengadakan panggilan bagi para putri. Andromeda termasuk bagian dari peri rasi bintang sehingga apabila Andromeda berbuat ulah, Ratu Leto akan menanyakan perihal anak itu padaku. Kalau aku berbohong, aku bisa dilempar dan diasingkan ke galaksi lain.
Di istana besar Constellation, aku sudah melihat 88 peri yang berdiri berjejeran membentuk lingkaran panjang—rambut merah Andromeda terlihat jelas di mataku. Ia hanya melirikku seraya mengerucutkan bibirnya. Sepertinya Ratu Leto baru menjatuhi hukuman untuknya.
Aku berdiri diapit Destiny dan Heaven. Tatapan mataku tertuju ke sebuah kursi tinggi yang menjadi tempat singgasana Ratu Leto. Sehingga apabila untuk berhadapan langsung dengannya, kami perlu menengadahkan kepala.
“Alasan mengapa aku memanggil kalian kemari adalah, salah seorang penguasa dari ke tujuh dunia sedang membuat pagar gaib untuk melindungi dirinya agar rencana jahatnya tidak tercium sampai kemari.” Ratu Leto melirik Tujuh Bintang satu per satu. “Aku hanya memastikan bahwa kalian masih memiliki kekuatan masing-masing.” Kemudian lirikannya berhenti tepat ke arahku. “Sepertinya masih ada satu yang aman. Kau, bintang ke tujuh. Kemari.”
Aku melirik teman-temanku. Heaven sudah menepuk pantatku agar secepatnya menghadap Ratu Leto. Dengan langkah perlahan, aku mendekati kursi Ratu Leto. Andromeda tampak menggigit bibir bawahnya. Apa kesalahanku kali ini?
“Apa aku melakukan tindakan yang salah?” tanyaku berusaha menjaga nadaku agar terdengar sopan.
“Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi terlalu memalukan untuk ukuran seorang Putri.” Ratu Leto melirik Andromeda penuh arti. “Aku akan mengurus masalah Andromeda dengan Hunter. Yang melibatkanmu juga.”
Masalah apa? Aku merasa tidak pernah memiliki masalah dengan Hunter. Mana mungkin juga Andromeda menyangkut pautkan aku. Tapi itu sudah menjadi salah satu resiko apabila berteman dengan klepto. Pasti aku juga dituduh ketularan.
“Yang Mulia, Bella tidak bersalah. Aku yang mencuri barang-barang di setiap dunia sehingga menyebabkan Hunter mencari-cariku. Jangan hukum Bella.”
Seolah ucapan Andromeda dinilai sok pahlawan, Ratu Leto tertawa pelan. Ia menarik napas dalam-dalam yang kemudian dilanjutkan lagi melihat ke arahku.
“Aku tidak akan menjatuhi hukuman pada Rabella. Tapi karena perbuatan Andromeda, kalian tidak diperbolehkan bertemu, sebab Andromeda akan dikurung selama… perhitunganku sesuai dengan barang yang dicuri Andromeda. Ada total 1.876 barang. Artinya, Andromeda akan dikurung selama 1.876 tahun.”
Aku mengangakan mulut lebar. Andromeda membeliakkan mata ngeri membayangkan hukuman tersebut. Mana mungkin aku membiarkan Andromeda dihukum hanya karena kebiasaan kleptonya???
“C’mon! It’s a disease!” seruku memberikan pembelaan.
“Anda perlu mengambil keputusan dari Libra, Yang Mulia,” saut Virgo. Sepertinya ia juga tidak setuju dengan hukuman itu.
Syukurlah aku melihat adanya perubahan mimik wajah pada Ratu Leto. Ia memandang Libra saat itu juga. Jari telunjuknya memberikan kode agar Libra mendekat dan memberikan keputusan. Bagaimana juga Libra memiliki kewajiban untuk memberi keputusan secara adil.
“Klepto adalah sebuah kebiasaan buruk yang tidak bisa dicegah maupun dihentikan. Karena orang yang memiliki klepto akan merasa belum puas apabila belum mendapatkan benda-benda yang dianggapnya menarik. Dikarenakan klepto adalah sebuah penyakit, sebaiknya Andromeda tidak dikurung, melainkan dilakukannya pembedahan otak agar segala penyakit yang ada dalam tubuhnya bisa hilang.”
Baik aku maupun Andromeda, kami sama-sama menyunggingkan senyuman misterius. Aku bersyukur Libra tidak memberatkan timbangan Andromeda sehingga ia jauh dari hukuman.
“Baiklah, karena Andromeda tidak bersalah, dia bebas. Dan Bella juga bebas dari tuduhan keterlibatan.”
Aku hanya mencebikkan bibir.


To be continued...


--------------

lol, honestly, in the fact I'm her fans. yayaya she called me 'Chenatics' -_- whatever, I really love her, she's like my sister. buy and read her books: Summer, Lortedox, and Lortedox 2 (comming soon) and then, you'll know the reason why I being a Chenatics. -Zara